Pada postingan kali ini, saya akan memaparkan secara
global tentang salah satu permasalahan yang berkenaan dengan masalah fiqih,
yang mana masalah ini sering disebutkan dan dijelaskan oleh para fuqaha’
(ahli fiqih) dalam kitab-kitab fiqih mereka khususnya pada bab tentang at-Thaharah
(bersuci) yaitu masalah al-Ghusl (mandi).
Ketika para ulama berbicara tentang mandi,
maka mandi yang mereka maksudkan adalah mandi wajib atau mandi yang dilakukan
karena disebabkan oleh hal-hal tertentu yang mewajibkan mandi seperti junub.
a. Definisi Mandi
Mandi adalah meratakan atau mengguyurkan air ke seluruh badan dengan niat
menghilangkan hadats besar untuk dapat mengerjakan ibadah yang sebelumnya
dilarang karena ada hadats tersebut.
b. Dalil disyariatkannya mandi
Dalil dari al-Qur’an.
Allah swt berfirman: “... dan jika kalian junub, maka mandilah ..”
(QS. Al-Maidah: 6)
Dalil dari Al-Hadits.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila dua kemaluan
bertemu, maka wajib mandi.” (HR. Muslim)
c. Hal-hal yang mewajibkan mandi
1.
Keluar mani dengan disertai rasa nikmat baik
dalam keadaan terjaga maupun tertidur.
Hal ini sudah menjadi suatu kesepakan seluruh
ulama ahli fiqih, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Air
dari air.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maksudnya adalah keluar air mani
menyebabkan wajibnya mandi.
2.
Bertemu dua kemaluan
Bertemu dua kemaluan yang mewajibkan mandi
adalah jika ujung Mr P masuk ke dalam Ms V meskipun tidak sampai keluar air mani.
Hal ini berdasarkan atsar dari Umar bin Khaththob,
Utsman bin Affan dan Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana
mereka berkata: “Apabilah dua kemaluan bertemu (kiasan dari jimak), maka
sungguh telah wajib mandi (bagi keduanya). Dan maksud bertemu disini adalah
seperti yang telah dijelaskan di atas. Adapun jika hanya sekedar bersentuhan saja
antara dua kemaluan, maka tidak ada mandi bagi keduanya kecuali jika keluar air
mani.
3.
Berhentinya darah haid dan nifas
Diantara hal yang mewajibkan mandi adalah
berhentinya darah haid atau darah nifas. Hal ini beradasarkan firman Allah swt:
“Dan jangan kalian dekati mereka (berjimak), sampai mereka suci (berhenti darah
haid), maka apabila mereka telah bersuci (mandi), maka datangilah mereka
sebagaimana yang diperintahkan.” (QS. Al-Baqarah: 222).
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam kepada Fatimah binti Abi Hubasy rdh: “ ... Tinggalkan sholat
sebanyak hari kamu haid, kemudian mandilah dan sholatlah.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Sedangkan hukum darah nifas adalah sama dengan hukum darah haid
berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para shahabat.
4.
Apabila orang kafir masuk islam
Ya, apabila orang kafir masuk islam, maka
wajib baginya mandi berdasarkan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Qais
bin’Ashim dan Tshumamah al-Hanafi ketika keduanya masuk Islam.
Ini adalah pendapat imam Malik bin Anas.
Sedangkan imam Syafi’i memberikan persyaratan jika sebelum dia masuk islam dia
berjunub, jika tidak maka tidak wajib mandi.
5.
Apabila orang muslim meninggal, maka wajib
dimandikan.
Apabila salah seorang dari kaum muslimin
meninggal dunia, maka wajib bagi yang ada disekitarnya untuk memandikannya berdasarkan
ijmak kaum muslimin kecuali orang yang mati syahid.
Demikianlah uraian singkat tentang hal-hal
yang mewajibkan mandi. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Wallahu A’lam
Oleh: Ahmad Jamluddin, Lc
Sumber: Buku saku “Kaifa Taghtasil” (bagaiman
anda mandi), karya: Ahmad Abdu Al-‘Ali at-Tahthawi. Cetakan: Maktabah
Ash-Shofa. Dan buku “Mukhtashor Syarh Arkan Al-Islam”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar