"Ummi, Ahmad pingin ke kamar mandi. Anterin ya Mi…”
Ummu Ahmad (bukan nama sebenarnya) kaget ketika suatu malam Ahmad,
anaknya yang sudah berumur 10 tahun tiba-tiba minta diantarkan ke kamar
mandi.
“Ahmad anak shalih… kok tumben minta diantar ke kamar mandi? Biasanya berani sendiri.”
“Ahmad takut ketemu hantu Mi…” kata Ahmad dengan wajah ketakutan.
Kisah ini mungkin sangat sering kita jumpai. Tak hanya anak kecil,
bahkan banyak orang dewasa yang mengaku takut terhadap hantu. Masih
banyaknya budaya dan kepercayaan terhadap hal-hal mistis yang
bertentangan dengan syariat, ditambah lagi maraknya cerita maupun
film-film misteri di tengah masyarakat semakin memperparah kerusakan dan
mengikis keimanan.
Rasa takut anak kepada hantu, bagaimanapun harus mendapat perhatian
khusus dari orang tua. Karena bila ketakutan sang anak tetap
terpelihara, tak hanya membentuk mental penakut pada diri anak tetapi
juga dapat mengurangi kesempurnaan tauhid yang sangat kita harapkan
terbentuk pada diri sang anak.
Sangat penting bagi orang tua untuk bisa melatih anak mengatur rasa
takutnya. Bukan hanya sekedar agar anak menjadi pemberani, tetapi lebih
karena rasa takut adalah bagian dari ibadah. Rasa takut adalah bagian
dari rukun yang harus ada dalam ibadah, di samping rasa cinta dan harap.
Macam-macam takut
Ulama telah membagi rasa takut menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Takut ibadah atau disebut juga takut sirri (takut terhadap sesuatu yang ghaib).
Takut ibadah dibagi menjadi dua macam:
a. Takut kepada Allah, yaitu takut yang diiringi dengan merendahkan
diri, pengagungan, dan ketundukan diri kepada Allah. Takut semacam
inilah yang akan mendatangkan ketaqwaan dan ketaatan sepenuhnya kepada
Allah. Oleh karena itu, rasa takut seperti ini hanya boleh ditujukan
kepada Allah semata karena merupakan salah satu konsekuensi keimanan.
Allah berfirman, yang artinya, “Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran 175)
b. Takut kepada selain Allah, yaitu takut kepada selain Allah dalam
hal sesuatu yang ditakuti itu sebenarnya tidak dapat melakukannya dan
hanya Allah-lah yang dapat melakukannya. Takut semacam ini banyak
terjadi pada berhala, takut pada orang mati, takutnya para penyembah
kubur kepada walinya, dll. Rasa takut ini merupakan syirik akbar yang
dapat mengeluarkan pelakunya dari keIslaman.
2. Takut yang haram, yaitu takut kepada selain Allah, yang bukan
ibadah tetapi menyebabkan ia melakukan keharaman atau meninggalkan
kewajiban. Takut semacam ini dapat mengurangi ketauhidan seseorang.
3. Takut thobi’i (normal). Yaitu takut pada hal-hal yang
bisa mencelakakan kita (dengan izin dan kekuatan dari Allah). Misalnya,
takut pada binatang buas, api, dll. Takut semacam ini wajar ada pada
diri manusia dan dibolehkan selama tidak melampaui batas.
4. Takut wahm (khayalan), yaitu takut pada sesuatu yang sebabnya tidak jelas. Misalnya, takut pada hantu. Takut semacam ini tercela.
Seorang anak yang masih dalam fase pertumbuhan dan sedang mengalami
masa belajar, ia mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan kadang
disertai pula daya imajinasi yang tinggi. Oleh karena itu, ketika ia
mendengar cerita tentang berbagai macam hantu entah dari berbagai media
massa, atau dari orang-orang di sekitarnya, hal tersebut bisa
menimbulkan rasa takut yang berlebihan. Apalagi bila sang anak pernah
mengalami trauma karena ditakut-takuti temannya atau karena pernah
mengalami gangguan jin.
Rasa takut kepada hantu atau setan, bisa mengantarkan kepada syirik
akbar. Jika sampai membawa pada peribadatan kepada selain Allah.
Bentuknya bermacam-macam, ada yang memberi sesajian agar tidak diganggu,
membaca berbagai mantera, datang kepada dukun untuk meminta jimat, dan
sebagainya.
Pada anak, mungkin tak sampai separah itu. Namun tak jarang kita
dapati, karena rasa takut kepada hantu atau semacamnya, anak menjadi
takut keluar kamar untuk mengambil wudhu pada pagi hari. Sang anak
menjadi menunda-nunda waktu shalat Subuhnya. Ini hanyalah salah satu
contoh. Tetapi sekali lagi, hal ini dapat mengurangi kesempurnaan tauhid
sang anak.
Ketakutan anak bisa diperparah jika orangtuanya pun tidak paham
syariat sehingga demi mengatasi rasa takut anaknya sehingga membawa anak
pada kesyirikan. Misalkan menggantungkan jimat pada anak sehingga sang
anak terus bergantung pada jimat tersebut hingga ia dewasa.
Bagi orang tua sangat penting mengetahui bagaimanakah cara mengatasi
ketakutan anak dengan cara yang sesuai syariat. Antara lain:
1. Tanamkanlah pada anak tauhid dan aqidah yang benar.
Cobalah cari tahu apa yang sebenarnya ditakutkan oleh sang anak pada saat keadaannya tenang. Rangsanglah anak dengan beberapa pertanyaan. “Adik takut hantu ya? Memangnya hantu itu apa sih?”
Cobalah cari tahu apa yang sebenarnya ditakutkan oleh sang anak pada saat keadaannya tenang. Rangsanglah anak dengan beberapa pertanyaan. “Adik takut hantu ya? Memangnya hantu itu apa sih?”
Jika sang anak menjawab bahwa hantu adalah pocong, genderuwo, nyi loro kidul, kuntilanak, atau semacamnya, jelaskan bahwa hantu-hantu semacam itu tidak ada sama sekali sehingga tidak perlu ditakutkan. Jika yang ditakutkan anak adalah orang mati, maka jelaskanlah bahwa orang mati takkan bisa memberi manfaat maupun bahaya bagi orang yang masih hidup.
Adapun jika sang anak telah mengerti bahwa yang dimaksud orang-orang
dengan hantu adalah penjelmaan dari setan atau jin yang hendak
mengganggu manusia, maka orangtua haruslah menjelaskan kepada anak bahwa
tidak ada kekuatan yang paling kuat kecuali kekuatan Allah. Seluruh
makhluk, termasuk jin dan setan di bawah pengaturan Allah. Ajarkan pada
anak meskipun seluruh jin dan manusia ingin mencelakakannya, akan tetapi
Allah tidak menakdirkannya, maka ia takkan celaka. Begitu pula
sebaliknya.
Sungguh indah contoh yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menasehati Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang ketika itu masih kecil.Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata,
“Pada suatu hari saya pernah membonceng di belakang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, “Wahai anak muda,
sesungguhnya akan kuajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah,
niscaya Ia juga akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan
mendapati-Nya ada di hadapanmu. Apabila engkau meminta sesuatu, mintalah
kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.
Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan
manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu
kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan andaikan saja
mereka bersatu untuk menimpakan bahaya terhadapmu, mereka tidak akan
bisa memberikan bahaya itu terhadapmu kecuali sesuatu yang Allah
tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar catatan telah kering.” (HR. Tirmidzi)
Jelaskan pada anak pada hal apakah ia harus takut (yaitu takut kepada
Allah), pada hal-hal apakah ia boleh takut tetapi tidak berlebihan dan
hal-hal apa yang ia tidak boleh takut sama sekali. Hendaklah orang tua
mengenalkan kepada anak-anaknya kepada Allah, nama-nama dan
sifat-sifat-Nya. Karena dengan pengenalan kepada Allah, seorang anak
akan mengetahui keagungan Allah, keMahaKayaanNya, kekuasaan-Nya. Yang
harus orang tua ingat, mengajarkan rasa takut kepada Allah juga harus
disertai pengajaran rasa cinta dan harap kepada Allah. Sehingga hal ini
menjadikan anak ikhlas dan giat dalam beramal serta tidak mudah putus
asa.
2. Ajarkan wirid dan doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ada banyak wirid dan doa yang bisa diajarkan pada anak. Misalnya, wirid pagi dan sore, doa sehari-hari seperti doa masuk WC, doa singgah di suatu tempat, doa hendak tidur, dll. Pilihlah bacaan wirid dan doa sesuai kapasitas kemampuan anak.
Ada banyak wirid dan doa yang bisa diajarkan pada anak. Misalnya, wirid pagi dan sore, doa sehari-hari seperti doa masuk WC, doa singgah di suatu tempat, doa hendak tidur, dll. Pilihlah bacaan wirid dan doa sesuai kapasitas kemampuan anak.
Tak hanya sekedar menghafal, tapi juga pahamkan mereka arti dari doa
tersebut sehingga mereka mengamalkan doa-doa tersebut dengan penuh
keyakinan akan manfaat doa bagi dirinya. Ajarkan pada anak bahwa doa dan
wirid adalah senjata dan perisai bagi kaum mukmin. Karena itu, bila
rasa takut menyerang, yang terbaik dilakukan adalah meminta perlindungan
dan pertolongan Allah, Rabb seluruh makhluk. Sesekali ingatkan atau
tanyakan pada anak arti dari doa tersebut. Sekaligus untuk mengetahui
apakah sang anak sudah mengamalkan doa-doa tersebut ataukah belum.
3. Jauhkanlah anak dari hal-hal yang mendatangkan rasa takut kepada hantu.
Misalnya cerita misteri, patung dan lukisan makhluk bernyawa, dll. Cerita misteri atau berbau mistis kadang lebih menarik bagi anak karena imajinasi mereka yang tinggi dan masih belum terkontrol baik. Oleh karena itu, kenalkanlah anak dengan kisah-kisah para Nabi, sahabat-sahabat Rasulullah, maupun kisah shahih lain yang dapat mengajarkan anak keimanan, keberanian dan akhlaq yang baik. Jangan hanya sekedar menyediakannya buku/majalah, meskipun ini juga hal yang penting. Sesekali ceritakanlah langsung dengan lisan anda agar hikmah dan nilai kisah lebih mengena di hati anak. Ini juga akan lebih mendekatkan orang tua dengan sang buah hati.
Misalnya cerita misteri, patung dan lukisan makhluk bernyawa, dll. Cerita misteri atau berbau mistis kadang lebih menarik bagi anak karena imajinasi mereka yang tinggi dan masih belum terkontrol baik. Oleh karena itu, kenalkanlah anak dengan kisah-kisah para Nabi, sahabat-sahabat Rasulullah, maupun kisah shahih lain yang dapat mengajarkan anak keimanan, keberanian dan akhlaq yang baik. Jangan hanya sekedar menyediakannya buku/majalah, meskipun ini juga hal yang penting. Sesekali ceritakanlah langsung dengan lisan anda agar hikmah dan nilai kisah lebih mengena di hati anak. Ini juga akan lebih mendekatkan orang tua dengan sang buah hati.
4. Ajarkan pula pada anak untuk tidak menakut-nakuti temannya
meski hanya bermaksud untuk bercanda. Pahamkan pada anak untuk bercanda
dengan baik.
5. Bila orang tua ternyata adalah seorang penakut, berusahalah
untuk tidak menampakkan hal tersebut di depan sang anak. Sebagaimana
kita tidak ingin anak menjadi penakut, maka latihlah diri sendiri untuk
tetap tenang dan menghilangkan sifat penakut dari diri kita.
Jika suatu ketika sifat penakut kita diketahui oleh sang anak, tak
ada salahnya melibatkan anak dalam usaha menghilangkan sifat penakut
kita. “Astagfirullah, tadi Ummi kok menjerit ya pas lampu mati? Menurut
adik, Ummi harusnya gimana? Iya adik benar, harusnya tetap tenang dan
minta perlindungan sama Allah. Lain kali kalau Ummi menjerit lagi, adik
ingatin Ummi ya….” Hal ini juga akan mengajarkan pada anak bagaimana
seharusnya ia bersikap ketika ada orang lain atau temannya yang
ketakutan. Jangan pula menakut-nakuti anak dengan ancaman yang tak
berdasar atau bertentangan dengan syariat. Misalnya, “Jangan main dekat
sungai ya! Nanti diculik genderuwo penunggu sungai lho” Hal ini sering
tanpa sadar dilakukan oleh para orang tua. Maka wahai para pendidik,
bekalilah diri dengan ilmu syar’i dalam mendidik anak-anak kita.
6. Berdoalah untuk kebaikan anak
Hal yang sering luput dari orang tua adalah berdoa untuk anak-anaknya. Padahal doa merupakan salah satu pokok yang harus dipegang teguh orang tua. Doa orang tua bagi kebaikan anaknya adalah salah satu jenis doa yang dijanjikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan dikabulkan oleh Allah (HR. Baihaqi). Termasuk di antaranya, hendaknya orang tua mendoakan agar anak dilindungi dari gangguan setan.
Hal yang sering luput dari orang tua adalah berdoa untuk anak-anaknya. Padahal doa merupakan salah satu pokok yang harus dipegang teguh orang tua. Doa orang tua bagi kebaikan anaknya adalah salah satu jenis doa yang dijanjikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan dikabulkan oleh Allah (HR. Baihaqi). Termasuk di antaranya, hendaknya orang tua mendoakan agar anak dilindungi dari gangguan setan.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memintakan perlindungan untuk
Hasan dan Husain dengan mengucapkan,
“Aku memohon perlindungan untukmu berdua dengan kalimat Allah yang
sempurna dari setiap setan dan binatang berbisa, dan juga dari setiap
mata yang jahat.” Selanjutnya beliau bersabda “Adalah bapak kalian
(yaitu Ibrahim) dahulu juga memohonkan perlindungan untuk kedua
puteranya, Ismail dan Ishaq, dengan kalimat seperti ini.” (HR. Bukhari)
Inilah sebagian cara yang semoga bisa mengatasi rasa takut anak
terhadap hantu. Orang tua hendaknya bersabar dalam membantu anak
mengatasi rasa takutnya dengan tetap memprioritaskan pendidikan aqidah
dan tauhid pada anak. Semoga kelak anak tumbuh menjadi sosok
muslim-muslimah yang beraqidah lurus, beramal shalih dan mempunyai
ketawakkalan tinggi kepada Allah.
Wallahu Ta’ala a’lam.
Penulis: Ummu Rumman
Muraja’ah: Ust. Aris Munandar
Muraja’ah: Ust. Aris Munandar
================
Maraji’:
Bila Anak Anda Takut Hantu, Ummu Khaulah, Majalah As Sunnah Edisi 02/Tahun VIII/1424H/2004M
Mendidik Anak Bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Muhammad Suwaid, penerbit Pustaka Arafah
Mutiara Faidah Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi, Abu ‘Isa Abdullah bin Salam, penerbit Divisi Bimbingan Masyarakat LBI Al Atsary Yogyakarta
Syarah Tiga Landasan Utama, Syaikh Abdullah bin Shalih al Fauzan, Pustaka At Tibyan
Bila Anak Anda Takut Hantu, Ummu Khaulah, Majalah As Sunnah Edisi 02/Tahun VIII/1424H/2004M
Mendidik Anak Bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Muhammad Suwaid, penerbit Pustaka Arafah
Mutiara Faidah Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi, Abu ‘Isa Abdullah bin Salam, penerbit Divisi Bimbingan Masyarakat LBI Al Atsary Yogyakarta
Syarah Tiga Landasan Utama, Syaikh Abdullah bin Shalih al Fauzan, Pustaka At Tibyan
=========
Arikel: elmajalis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar