Oleh Ustadz Farid Nu’man Hasan Hafizhahullah
Imam Abul Hasan al Mawardi Rahimahullah mengatakan:
فأما
الجماعة لسائر الصلوات المفروضات فلا يختلف مذهب الشافعي وسائر أصحابه
أنها ليست فرضا على الأعيان، واختلف أصحابنا هل هي فرض على الكفاية أم سنة؟ فذهب
أبو العباس بن سريج، وجماعة من أصحابنا إلى أنها فرض على الكفاية، وذهب أبو علي بن
أبي هريرة، وسائر أصحابنا إلى أنها سنة
Ada pun shalat berjamaah di semua shalat wajib, tidak ada
perbedaan pendapat madzhab Syafi’i dan semua sahabatnya (Syafi’iyah) bahwa itu
BUKAN FARDHU ‘AIN. Para sahabat kami (Syafi’iyah) berbeda pendapat apakah itu
fardhu kifayah atau sunnah? Abul ‘Abbas bin Suraij dan segolongan
sahabat-sahabat kami mengatakan fardhu kifayah, sedangkan Abu Ali bin Abi
Hurairah dan semua sahabat kami mengatakan itu sunnah. (Al Hawi Al Kabir,
2/297) 2. Imam An Nawawiy Rahimahullah mengatakan:
فالجماعة مأمور بها
للأحاديث الصحيحة المشهورة وإجماع المسلمين وفيها ثلاثة أوجه لأصحابنا (أحدها)
أنها فرض كفاية (والثاني) سنة وذكر المصنف دليلهما (والثالث) فرض عين لكل ليست
بشرط لصحة الصلاة وهذا الثالث قول اثنين من كبار أصحابنا المتمكنين في الفقه
والحديث وهما أبو بكر ابن خزيمة وابن المنذر قال الرافعي وقيل إنه قول للشافعي
والصحيح أنها فرض كفاية وهو الذي نص عليه الشافعي في كتاب الإمامة كما ذكره المصنف
وهو قولي شيخي المذهب ابن سريج وأبي اسحق وجمهور أصحابنا المتقدمين وصححه أكثر
المصنفين وهو الذي تقتضيه الأحاديث الصحيحة وصححت طائفة كونها سنة منهم الشيخ أبو
حامد …
Shalat berjamaah adalah hal yang diperintahkan, berdasarkan
hadits-hadits shahih yang terkenal dan ijma’ kaum muslimin. Dalam masalah ini,
ada TIGA pendapat sahabat-sahabat kami (Syafi’iyah):
1. Fardhu Kifayah
2. Sunnah, seperti yang disebutkan Al Mushannif (Imam Abu Ishaq
Asy Syiraziy)
3. Fardhu ‘Ain, tetapi bukan syarat sahnya shalat. Pendapat yg
ketiga (fardhu ‘ain) adalah pendapat dua imam besar madzhab kami yang begitu
mumpuni fiqih dan haditsnya, yaitu Imam Abu Bakar bin Khuzaimah dan Imam Ibnul
Mundzir.
Ar Rafi’iy mengatakan: “Disebutkan bahwa itu (fardhu ‘ain)
adalah perkataan Imam Asy Syafi’iy.” Namun yang BENAR adalah FARDHU KIFAYAH,
itulah yang dikatakan Imam Asy Syafi’iy dalam kitab Al Imaamah, seperti yang
disebutkan oleh Al Mushannif. Ini (fardhu kifayah) juga pendapat dua syaikh
dalam madzhab Syafi’iy yaitu Ibnu Suraij dan Abu Ishaq,dan mayoritas Syafi’iyah
terdahulu (mutaqadimin), dan dishahihahkan oleh mayoritas penyusun kitab, dan
itulah yang ditetapkan oleh hadits-hadits shahih. Segolongan ulama (Syafi’iyah)
menshahihkan bahwa itu SUNNAH, di antaranya Abu Hamid (Al Ghazaliy)…(Imam An
Nawawi, Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 5/212)
Syaikh
Wahbah Az Zuhailiy Rahimahullah – pakarnya fiqih madzhab Syafi’iy- mengatakan
وهي
في الصلاة المؤداة للرجال المقيمين لا المسافرين في الأصح، في الفرائض غير الجمعة
وفي الحمعة فرض عين
Berjamaah dalam shalat adalah KIFAYAH bagi laki-laki yg mukimin
(tidak bepergian), bukan bagi yang sedang safar menurut pendapat yang lebih
shahih, yaitu pada shalat-shalat wajib selain shalat Jumat, ada pun untuk
shalat Jumat adalah fardhu ‘ain. (Syaikh Wahbah Az Zuhailiy, Al Fiqh Asy
Syafi’iyyah Al Muyassar, 1/239)
Beliau juga berkata:
وتحصل
الجماعة بصلاة الرجل في بيته مع زوجته و أولاده و غيرهم لكنها للرجال في المسجد
أفضل و أكثرها جماعة افضل
Berjamaah itu sudah cukup dengan shalatnya seorang laki-laki di
rumahnya bersama istrinya, anak-anaknya, atau selain mereka. Tetapi laki-laki
di masjid adalah lebih utama, dan jamaah yang lebih banyak jg lebih utama.
(Ibid, 1/239)
Dalam kitab Al Fiqh Al Manhajiy ‘ala Madzhabi Al Imam Asy
Syafi’iy, yang disusun oleh Syaikh Mushthafa Al Bugha, Syaikh Mushthafa Al
Khin, dan Syaikh Ali Syarbajiy, dikatakan:
الصحيح
أنها – فيما عدا صلاة الجمعة – فرض كفاية، لا تسقط فرضيتها عن أهل
البلدة إلا حيث يظهر شعارها؛ فإن لم تؤد فيها مطلقا أو أديت في خفاء أثم أهل
البلدة كلهم، ووجب على الإمام قتالهم.
Yang BENAR shalat jamaah adalah fardhu kifayah, kecuali shalat
Jumat. Kewajiban shalat berjamaah tidak gugur bagi penduduk sebuah negeri
kecuali jika telah nampak syiar shalat Jamaah. Jika di negeri tersebut tidak
ada shalat jamaah atau ada tapi tersembunyi, maka BERDOSA semua penduduknya,
dan penguasa wajib memerangi mereka. (Al Fiqhu Al Manhajiy fi Madzhabi Al Imam
Asy Syafi’iy, 1/177)
Kesimpulannya:
– Yang paling dikuatkan dalam madzhab Syafi’iy, shalat berjamaah
adalah Fardhu Kifayah. Boleh dilakukan di rumah bersama keluarga, tapi di
masjid lebih utama.
– Sebagian kecil
mengatakan fardhu ‘ain, dan banyak pula yang mengatakan sunnah.
– Jika tidak ada shalat Jamaah di sebuah daerah atau ada tapi
sembunyi-sembunyi, maka negara wajib memerangi daerah tersebut. Demikian dalam
madzhab Syafi’iy.
Wallahu a’lam. Wa
Shalallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala aalihi wa Shahbihi wa Sallam.
Sumber: Alfahmu.id - Website Resmi Ustadz Farid Nu'man. Baca
selengkapnya http://alfahmu.id/shalat-jamaah-bagi-kaum-laki-laki-menurut-madzhab-syafiiy/
Artikel: www.elmajalis.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar